Hasil Observasi di Desa Kolpajung
Kabupaten Pamekasan
Ujian Akhir Semester Sastra Madura
Sejarah Asal-muasal nama Desa
Kolpajung
Perkenalkan namaku Kuswanto Ferdian, kalian bisa
memanggilku Wawan. Tetapi kawan-kawanku di Desa memanggilku Phebeng. Entahlah
apa maksud dari panggilan itu. Tetapi aku menerima saja dengan panggilan itu.
Aku berasal dari Pulau Garam Madura.
Desaku bernama ”Kolpajung”. Tepatnya di Kabupaten Pamekasan. Baguskan
nama Desaku. Desa yang populer dengan julukan “Kampung Hijau”. Mendapat julukan “Kampung
Hijau”, karena di Desaku sering menjuarai perlombaan “ADIPURA” yang sering di
adakan satu tahun sekali di Kabupaten Pamekasan. Selain banyak pepohonan yang
rindang serta daunnya yang hijau, di sepanjang jalan Desaku banyak bangunan
yang di cat dengan warna hijau pula. Baik bangunan Sekolah, toko- toko, maupun
bangunan rumah warga. Alasan itulah yang menjadikan Desaku mandapat julukan
“Kampung Hijau”. Di Desaku Kolpajung memiliki banyak sejarah. Waktu aku dan
kawan-kawanku berkunjung ke Desaku yang kecil ini, aku dan kawan-kawanku banyak
sekali mendapatkan ilmu di Desa ini. Mulai
dari sejarah Desa Kolpajung ini, makanan khasnya, tardisi serta wisatanya juga.
Waktu pertama kali sampai di Desaku, aku dan kawan-kawanku langsung berkunjung
ke sebuah pemakaman R.Ronggosukowati yaitu Raja pertama sekaligus Bupati yang
pertama di Pamekasan. Pemakamannya terletak di Desa Kolpajung ini kawan. Pada
saat aku dan kawan-kawanku ingin masuk ke pintu gerbang pemakaman
R.Ronggosukowati, kami bertemu dengan seorang kakek yang sudah lanjut usia.
Kawanku yang bernama khurin ketakutan saat pertama kali melihat kakek yang
sudah lanjut usia ini. Karena penampilan kakek ini tidak seperti penampilan orang-orang
biasanya. Seorang kakek ini langsung menghampiri kami dan bertanya, “ada perlu
apa kalian kesini?”, aku langsung menjawabnya,” mohon maaf bapak sebelumnya,
keperluan kami kesini ingin mengetahui sejarah yang ada di Desa ini pak,”.
Akupun balik bertanya pada kakek ini, “kakek jurukunci di pemakaman ini?”,
kakek itu menjawabnya dengan suara lirih, “iya saya juru kunci di pemakaman
ini. Kebetulan sekali kami bisa bertemu dengan jurukunci pemakaman ini. Kami
semua langsung berkenalan satu persatu. Berkumis putih, sedikit pendek,
berambut putih, memakai ikat kepala hijau adalah ciri-ciri dari jurukunci
pemakaman ini. Setelah aku dan kawan-kawanku selesai berkenalan dan memberitahu
tujuan kami kesini. Kami langsung bertanya tentang asal muasal nama Desa Kolpajung
dan tentang sejarah R.ronggosukowati. Bapak Mawi B.A, nama jurukunci
dipemakaman ini. Beliau adalah sesepuh dari Desa Kolpajung ini dan sekaligus
orang yang merawat pemakaman R.ronggosukowati lebih tepatnya dikenal dengan sebutan
jurukunci. Waktu itu Kami langsung berdiskusi dengan bapak Mawi. “Kalau boleh
tau pak, bagaimana sejarah asal-muasal dari nama Desa Kolpajung ini pak?”.
Menurut bapak Mawi, “sejarah di Desa ini cukup unik dan bisa dibilang sebagai
mitos, tetapi ini nyata dan benar-benar terjadi, boleh percaya dan boleh tidak
percaya”. Setelah kami melakukan beberapa diskusi dengan bapak Mawi. Bapak mawi
langsung menceritakan asal-muasal nama Desa Kolpajung ini. Bapak Mawi berkata,
“Konon waktu zaman penjajahan Belanda, ada seorang tamu dari Negara Belanda
yang berkunjung ke Pamekasan. Tamu dari Belanda tersebut ingin berkeliling di Pamekasan
dengan jalan kaki. Pada saat tamu dari Belanda tersebut berjalan kaki ke sebuah
Desa kecil yang dikelilingi pemakaman, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras.
Pada saat itu pula ada payung terbang secara ajaib entah dari mana asalnya
payung itu, payung tersebut menutupi para tamu dari Belanda. Payung terbang
mengikuti para tamu yang sedang berjalan kaki, sehingga para tamu tidak
kehujanan. Sungguh sangat ajaib payung itu. Konon payung itu berwarna putih dan
cukup lebar. Terbang diatas seiring berjalan dengan para tamu. Para tamupun
terkejut melihat payung-payung yang berterbangan itu dan bertanya-tanya dari
mana asal payung itu. Ternyata payung itu adalah utusan dari R.ronggosukowati.
Karna beliau pada saat jadi Raja sekaligus Bupati pertama di Pamekasan, beliau
adalah orang yang sangat sakti. Orang-orang terdahulu sebelum Bapak, ada yang
mengatakan bahwa R.Ronggosukowati bisa terbang seperti burung. Beliau memang orang
yang sangat sakti pada saat itu. Akhirnya para tamu dari Belanda itu bertanya
pada salah satu Ajudan yang menemaninya berjalan kaki. “Benda apa itu yang
terbang?”. Ajudan tersebut menjawabnya, “benda itu adalah payung”. Tetapi oleh
warga setempat yang menyaksikan pada saat itu pula, juga berkata, ”Ajiyeh
pajung se bisah ngabbher”, warga setempat berkata dengan Bahasa Madura. Dalam
bahasa Indonesia artinya, “itu payung yang bias terbang”. Dari kejadian itulah
warga setempat waktu itu meyebutnya dengan Desa “Kolpajung”. Nama Desa
Kolpajung itu di angkat dari Bahasa Madura. “Kol” di Madura dikenal dengan angkutan
umum atau ojek. Sedangkan “Pajung” dalam Bahasa Indonesia adalah payung, jadi
Kolpajung adalah ojek payung/angkutan Payung. Seperti itu asal muasal dari nama
Desa ini”. Seperti itulah ungkapan cerita dari Bapak Mawi. Kami semua
menyimaknya dengan baik. Pada saat itu juga kawanku yang bernama Khurin masih
bertanya dan penasaran tentang nama Desa Kolpajung ini. Kata Khurin, ”apakah
ada simbol atau bukti peninggalan sejarah tentang nama Desa Kolpajung ini
Bapak?”. Bapak Mawi langsung menjawabnya, “Waktu kalian tadi memasuki pemakaman
ini apa kalian semua tidak melihat 2 bangunan kembar yang berbentuk payung di depan
gerbang pemakaman ini?”. Bapak Mawi balik bertanya pada kami, dan kami hanya
tersenyum saja dan menjawab tidak. Karna pada saat kami memasuki gerbang
pemakaman ini kami langsung masuk saja tanpa melihat ke kanan dan kekiri. Waktu
itu juga Bapak Mawi beranjak berdiri dan langsung mengajak kami untuk melihat 2
bangunan kembar yang berbentuk seperti payung itu. Sesudah sampai didepan
gerbang, ternyata benar apa yang dikatakan oleh Bapak Mawi, 2 bangunan kembar
itu mirip dan persis berbentuk sebuah payung yang tertutup. 2 bangunan tersebut
sudah cukup kumuh kawan, mungkin karna sudah lama sekali bangunan ini di
bangun, sehingga bangunan 2 payung kembar ini terlihat kumuh seperti tidak
terawat. Tetapi bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan tidak ada yang retak.
“Ini adalah bukti sejarah yang ditanyakan oleh kalian tentang asal muasal nama
Desa Kolpajung ini”, ucap Bapak Mawi”. “Iya pak terima kasih atas semua
informasi serta ilmu yang Bapak Mawi berikan pada kami semua”, ucapku sendiri
pada Bapak Mawi, dan pada saat itu pula kami berpamitan untuk pulang. Kami
semua sangat senang karna banyak mendapatkan ilmu di Desa Kolpajung ini kawan,
semoga cerita diatas dapat menambah ilmu serta wawasan kalian semua. Terimakasih.
No comments:
Post a Comment