PUISI : Tiga Roda Badut Kota

Tiga Roda Badut Kota

Karya : Kuswanto Ferdian

Ayam berkokok di pagi hari

Aku terbangun dari tidurku

Mata pulas harus tergegas

Handuk kecil penuh dengan bekas keringat

Yang menjadi saksi bisu dari perjuanganku

Mencari nafkah

Kusandangkan di leher sebagai pengusap keringatku

Menatap langit masih senja

Sedangkan aku ini harus berkerja

Menatap tiga roda sudah siap di pacu

Aku mengendarai tiga roda dan aku siap memacu

Kesana, kesini, tak tentu arah bersama tiga roda

Ayun, ayun, dan berayun, memacu tiga roda

Tak peduli keringat bercucuran, yang penting bagiku

Tiga roda mengantar penumpang

Sampai tujuan

Menyapa penumpang dengan penuh harap

Memacu dan terus memacu tiga roda dengan kencang

Seakan tidak mengenal lelah, meskipun upah tak wajar

Tapi aku tetap sabar dan ikhlas

Ini jerih payahku, 1000, 2000, bahkan 20.000

Itu tak jadi masalah, karena uang ini halal

Tidak seperti para badut-badut kota itu

Yang seenaknya saja makan uang haram

Perut buncit ke depan, badan tegap lurus, pakaian rapi berdasi

Sambil membawa koper, senyum lebar depan televisi

Sambil berkata, pilih saya untuk menuju indoesia  sejahtera

Tapi nyatanya indonesia berduka

Banjir di jakarta, riau berkabut asap, kemiskinan meraja lela, pengangguran pesat

Dan badut kota berkhianat

Para pelopor tiga roda sepertiku hanya mengisap asap rokok

Untuk menikmati perjuangan badut kota

Ini bukan ngesah , tapi ini kenyataan

Tiga roda aku tidak ingin engkau menjadi cerita

Seperti para badut-badut kota

Bangkalan, Senin (12 oktober2015)