Embun
Pagi
Penulis : Kuswanto Ferdian
Embun pagi menempel di jendela
kamarku. Hari ini adalah hari minggu, hari untuk aku bekerja. Bergegas bangun
dari tempat tidurku untuk segera mandi. Karena hari ini aku di undang dalam
acara pernikahan untuk menyanyi. Seperti biasa, setelah aku bangun tidur, aku
tak lupa membuka sedikit jendela kamarku. entahlah aku sangat suka membuka
jendela kamar tidurku. Menatap ke atas langit mentari sudah mulai menyinari,
tetapi embun pagi di jendela kamarku masih saja menempel. Aku sangat senang
dengan embun, karena embun banyak meninggalkan cerita di hidupku. Aku jadi
teringat dengan wanita itu. Wanita itu seperti embun pagi di hidupku. Masih teringat
jelas dalam pikiranku wajah wanita itu. Oleh sebab itu aku sangat senang dengan
embun. Setiap melihat embun, wajah wanita itu yang selalu teringat di pikiranku.
Kala itu di cafe tempat ia bekerja waktu pagi hari aku melihat ia sedang
mempersiapkan cafe milik bosnya. Ia sangat cantik, berambut lurus, mata seperti
kucing, bibirnya yang manis serta wajahnya yang anggun membuatku terpesona. Aku
sangat kagum dengan wanita itu. Ingin sekali aku mengenalinya. Setiap pagi aku
selalu melihatnya saat aku sedang mengantarkan adik ku sekolah. Tapi sekarang
aku tidak bisa melihatnya lagi karena aku sudah pindah rumah. Pada saat itu mungkin
pertemuanku yang terakhir dengannya. Meskipun aku dan ia tak sempat berkenalan
tetapi aku seoalah-olah memilikinya dalam hati. Aku selalu tersenyum kepadanya
saat aku lewat di depan cafe tempat ia bekerja tapi entahlah aku sangat konyol
sekali, tersenyum kepada wanita yang tidak aku kenal. Tapi aku sangat senang
sekali meskipun ia tak mengenalku. karena aku bisa melihatnya setiap pagi di
cafe itu. Wanita itu bagaikan embun pagi di hidupku, embun yang selalu terlihat
di pagi hari dan menyejukkan hati. Ingin sekali rasanya aku berkenalan
dengannya tetapi aku sadar aku ini siapa? Aku hanyalah anak dari tukang becak.
Tetapi aku bangga dengan bapak ku, karena bapak, aku bisa menjadi dewasa
seperti saat ini. Tidak mudah bukan untuk membesarkan anak dan merawatnya
sampai dewasa. Aku bersyukur sekali masih mempunyai kedua orang tua dan masih
bisa menikmati indahnya hidup. Seperti saat ini aku bisa menatap kecantikan
wanita itu setiap pagi. Sangat indah bukan dunia ini?. Semakin hari aku semakin
sangat kagum dengan wanita itu karena setiap pagi ia selalu terlihat kala aku
sedang lewat depan cafe tempat ia bekerja. Setiap pagi kebiasaannya selalu
mengelap meja, kaca, kursi. Dengan memegang lap kain di tangan dan semprotan
pewangi ia bekerja dengan begitu rajin setiap hari. Ia sangat beda dengan
wanita lain yang biasa sering aku lihat di jalanan tiap malam kala aku sedang
mencari barang bekas. Wanita malam yang biasa aku lihat di jalanan mereka
merokok, bergandengan tangan dengan pacarnya, pelukan, urak-urakan, sungguh
begitu miris. Di depan umum mereka berbuat seperti itu. Aku hanya bisa mengelus
dada pada saat itu. Pernah sekali aku di lempari botol bekas minumannya yang
sudah habis saat aku lewat depan mereka waktu pacaran. Kala itu aku memegang
karung, mencari barang bekas seperti botol aqua, kardus, dan kaleng. Wanita itu
melemparkan botol minumannya tepat di depanku, sambil berkata : "Ini mas
ambil" dengan ucapan nada sombong yang keluar dari mulut wanita itu aku
membalasnya dengan nada lirih sambil tersenyum "Terimakasih mbak".
Wanita itu berambut pirang lurus dan panjang. Beda dengan wanita yang di cafe
itu. Ia begitu gemulai dan lembut pada saat bekerja. Waktu demi waktu berlalu,
bulan demi bulan sudah terlewati, tahun demi tahun kini sudah berganti. Setiap
pagi aku selalu melihatnya di cafe itu. Semakin lama rasa kagum ini berubah
menjadi suka dengan wanita itu. Bagaimana bisa rasa kagum ini berubah menjadi
suka, sedangkan aku tidak mengenali wanita itu dan wanita itu juga tidak mengenalku.
Tetapi mengapa aku suka dengan wanita itu? Apakah ini yang disebut perasaan?
Atau ini adalah cinta? Aku tak mengerti dengan semua ini. Aku merasa sangat
bodoh, karena tidak berani berkenalan dengan wanita yang aku sukai. Jelas-jelas
setiap pagi aku selalu melihatnya. Mengapa aku tidak berani berkenalan?
Entahlah!!!. 1 bulan lagi aku akan pindah rumah. Dari Pamekasan akan pindah ke
bogor. Karena orang tuaku terlibat banyak hutang untuk membiayai adik ku
sekolah. Aku sangat sedih sekali karena akan pindah rumah ke bogor. Di bogor
adalah rumah kakek dan nenekku. Pikiranku saat ini kacau, pikiranku lumpuh. Aku
harus memikirkan orang tuaku dan juga memikirkan wanita itu. 1 bulan bukanlah waktu
yang lama. Sekarang sudah tanggal 20. Kurang 10 hari lagi aku akan pindah ke bogor.
Seperti biasanya pagi-pagi aku mengantarkan adik ku sekolah. Aku lewat di depan
cafe itu. Ternyata aku tidak melihat wanita yang biasanya aku lihat setiap pagi
di cafe itu. Aku tolah-toleh melihat cafe itu. Aku bertanya-tanya dalam hati. kemana
wanita itu? Kenapa ia tidak ada? Apakah ia sudah berhenti bekerja? Atau ia
sedang sakit? Aku kebingungan saat itu, seolah-olah aku kehilangan embun pagi.
Kurang lebih setengah jam aku menunggunya keluar di depan cafe, nampaknya ia benar-benar
tidak ada. Dengan hati gelisah dan risau akhirnya aku memutuskan untuk berangkat
mengantarkan adik ku sekolah. Pikiranku tak tenang. Aku tak sadar ternyata Sepanjang
perjalanan waktu aku mengantarkan adik ku. Laju sepeda onthel yang ku pacu
sangat kencang sekali dan adik ku berteriak sambil menarik bajuku.
"Hati-hati mas awas jatuh". Aku langsung tersentak berhenti begitu
saja. Untung tidak jatuh. Adik ku bertanya, "Kenapa Kamu Mas?. Aku hanya tersenyum
dan menjawabnya " Tidak apa-apa dik". Adik ku bertanya kembali dengan
nada lirih, " Mas kepikiran dengan wanita di cafe itu ya". Aku
langsung tercengang begitu saja mendengar perkataan yang keluar dari mulut adik
ku. "Adik sok tau, mas tidak memikirkan apa-apa". Akhirnya aku melanjutkan
mengantarkan adik ku " ayok naik takut terlambat". Di perjalanan
menuju sekolah, adik ku berkata. "Aku tau mas rumah wanita yang bekerja di
cafe itu". Aku langsung tercengang begitu saja mendengar perkataan adik
ku. Tanpa rasa malu aku kembali bertanya.
" Memangnya dimana dik?, Sok tau kamu
dik".
" Rumahnya di belakang
sekolahku mas, Aku sering melihatnya waktu ia pulang bekerja di sore hari. Ia
sering di antarkan mobil jazz berwarna merah"
" kamu pasti salah lihat
dik"
Pikiranku langsung kemana-mana.
Apa betul yang di katakan oleh adik ku?. Kalau memang betul, berarti ia sudah
punya kekasih atau ia sudah punya suami?. Entahlah!!! Aku begitu sangat
terpukul saat aku mendengar perkataan adik ku barusan. Tapi aku masih penasaran
apa betul yang di katakan adik ku. Rumah wanita itu tepat di belakang sekolah
adik ku. Tak lama waktu berselang, aku sampai di depan pintu gerbang sekolah
adik ku. Adik ku bergegas turun dari sepeda. Aku memandang wajah adik ku, raut
wajah yang sedikit sedih matanya kini berlinangan air mata. Karena hari ini,
hari terkahir adik ku sekolah. Aku terhanyut sedih, ingin aku menangis di depan
adik ku tetapi aku berusaha untuk menahannya, agar adik ku tidak semakin sedih.
Adik ku bersalaman kepadaku dan berucap, "Assalamualikum, aku masuk dulu
mas"
"Waalikumsalam, Iya dik
hati-hati jangan nakal-nakal"
Dengan membelokkan sepeda onthel,
aku bergegas ingin pulang kerumah karena besok aku akan pindah rumah ke bogor,
aku harus membantu ibuk dan bapak untuk mempersiapkan semua barang-barang yang
akan di bawa untuk pindah rumah. Tetapi pikiranku tetap tertuju pada wanita
itu. Pagi tadi aku tidak melihatnya di cafe itu. Sehari pun tak bertemu, sudah
membuatku kepikiran seperti saat ini, padahal ia bukan siapa-siapaku. Hanya
saja hati ini yang seolah-olah memilikinya. Pikiranku kembali tak karuan. Memacu
sepeda onthelku dengan cepat. Terlintas di pikiranku kembali, teringat dengan ucapan
adik ku tadi, " Rumahnya di belakang sekolahku mas, Aku sering melihatnya
waktu ia pulang bekerja di sore hari. Ia sering di antarkan mobil jazz berwarna
merah". Aku berceloteh dalam hati sambil menangis di jalan. "Wanita
itu sudah punya kekasih", " Wanita itu sudah punya suami". Brengsek!!!!
Aku bodoh!!!. Aku bisa terjerat dalam perasaan konyol ini. Keringat mata kini
bercucuran di pipi. Aku sudah terlanjur sakit hati. Padahal esok pagi aku akan
menghampirinya untuk berkenalan. Sebagai tanda pertemuan terakhirku dengannya,
agar nama itu bisa aku kenang dalam hidupku. Setidaknya aku bisa berjabat
tangan dengannya dan bisa mengungkapkan perasaan hatiku ini. Bahwa aku mengaguminya,
aku suka padanya dan aku cinta. Pupus sudah harapanku berkenalan dengannya. Aku
usap keringat mata yang bercucuran ini biarlah aku simpan menjadi cerita manis
dalam hidupku. Ia adalah satu-satunya wanita yang membuatku jatuh cinta
meskipun aku tak mengenalinya. Malam telah tiba, aku tak bisa tidur memikirkannya.
Aku berceloteh dalam hati. Apakah aku sanggup setiap hari tanpa melihat wanita
itu? Apakah aku bisa melupakan embun pagi yang selalu hadir di setiap pagiku?
Entahlah!!!.
Tanggal 30 telah tiba, Adzan subuh selesai berkumandang.
Aku mencari bolpoin di tas sekolah adikku dan menyobek satu kertas buku milik
adik ku. Aku tulis sebuah surat untuk wanita itu. Isi suratnya adalah:
" Mentari pagi yang bersinar dari ufuk timur, embun
pagi yang selalu muncul di setiap pagiku. Engkau begitu anggun, engkau begitu
cantik, engkau begitu manis, engkau menyejukkan hatiku bila ku memandang
wajahmu dari kejauhan. Meskipun aku tak mengenalmu, meskipun engkau juga tak mengenalku,
tetapi hatiku memilikimu. Setiap pagi aku selalu memandangmu dari kejauhan. Aku
sangat mengagumi, aku suka padamu, aku cinta tapi aku tak tau mengapa rasa ini
tumbuh begitu saja tanpa aku mengenalmu. Sungguh aneh, tapi ini nyata dalam
hidupku. Sesungguhnya aku ingin berkenalan denganmu, aku ingin mengungkapkan
perasaanku ini langsung kepadamu tetapi waktu yang tidak mengizinkan kita untuk
bertemu, karena hari ini juga aku akan pergi ke bogor untuk pindah rumah. Bila
tuhan mengizinkan kita untuk bertemu, kita pasti akan di pertemukan walau kita
tak saling mengenal. Karena aku yakin tuhan memiliki rencana lain untukku.
Semoga kita bisa bertemu dan berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. Selamat
tinggal engkau wanitaku, engkau akan menjadi cerita dalam hidupku. Ku beri nama
kau embun pagi. Salam perkenalan, Pengagum rahasiamu, Ferdian.
Aku
terlalu berkhayal, itukkan cerita masa laluku waktu di Pamekasan, Sudah Berapa
lama ya aku berdiri di dekat jendela in?
Kring-kring-kring Hp.ku berbunyi di meja kamarku. Ku lihat
nama di layar Hp.ku, nampaknya bos yang menelfon. Aku langsung mengangkatnya.
"Assalamulaikum ada apa bos?
"Ferdian kau dimana? Ini sudah jam berapa? Acara
pernikahannya sebentar lagi akan di mulai cepatlah kau kesini". Dengan
nada membentak berlogat batak bosku menyuruhku untuk segera berangkat.
" ia bos aku berangkat sekarang". Tanpa
mengucapkan salam, bosku sudah menutup telfonnya. Nampaknya bosku marah. Aku
masih berdiri saja seperti orang linglung, masih bertanya-tanya dalam pikiranku,
sudah berapa lama aku berdiri di depan jendela itu? Sudah berapa lama aku
melamun? Sampai-sampai aku teringat dengan cerita masa laluku. Entahlah!!!
Aku bergegas menuju kamar mandi. Karena hari ini aku di undang
untuk menyanyi di acara pernikahan. Ya seperti inilah nasib penyanyi sepertiku.
Hanya menunggu panggilan saja kala ada yang membutuhkan. Kurang lebih 20 menit
aku selesai mandi. Segera memakai pakaian kemeja dan menggunakan jas seperti
penyanyi top indonesia. Semuanya sudah aku persiapkan. Rapi sekali aku hari
ini. Menyalakan sepeda motor aku bergegas menuju tempat pernikahan itu di lakasanakan.
Gedung Puri Begawan tempat pernikahaannya. Kurang lebih satu jam aku tiba di
depan parkiran gedung puri begawan bogor. Gedung yang sangat luas dan megah.
Pasti ini orang kaya yang menikah saat ini. Aku memarkir sepeda motorku dan
merapikan baju yang mulai tak beraturan. Nampaknya tamu sudah mulai berdatangan.
Aku segera menuju ke dalam gedung itu. Ternyata bosku sudah menuggu di tempat
penyambutan tamu. Menarik lenganku kedalam gedung itu sambil berkata, "Kau
kemana saja, ini tamu sudah banyak yang datang, biasanya kau sudah mulai
menyanyi sekarang"
" Maaf bos barusan di jalan sedikit macet karena hari
minggu bos"
"Ya sudah cepat kau naik atas panggung, Wawan sudah
menunggumu"
Bergegas menuju atas panggung pernikahan, nampaknya wawan
sudah selesai mensetting keyboardnya. Seperti biasa aku dan wawan sangat akrab
sekali, saling menyapa dan bersalaman. "Bro ayo segera naik ke atas
panggung". " Iya wan, maaf ya aku telat"
" iya bro santai saja"
Memainkan lagu pembuka seperti biasanya untuk para tamu
undangan, wawan sudah menghidupkan keyboardnya.
"Wan, Seperti biasanya lagunya Afgan-Terimakasih Cinta"
"Ok bro siap"
Lagu pertama sudah aku nyanyikan, nampaknya penonton sangat
tehibur dan menikmati lagu yang aku bawakan. Penonton sudah mulai berdatangan,
kini kursi tamu dalam ruangan gedung puri begawan sudah penuh, kira kira
sekitar 2000 orang lebih. Jumlah undangan yang sangat banyak. Pasti ini orang
kaya yang menikah saat ini. Untuk kedua kalinya prasangkaku. Pembawa acara sudah
menaiki panggung, aku penasaran dengan orang yang menikah saat ini. Karena
pernikahnnya begitu mewah. Sungguh aku tidak tau nama orang yang menikah hari
ini. Biasanya aku selalu bertanya kepada bos. Sudahlah bagiku itu tidak penting.
Aku duduk bersebelahan dengan wawan. Kami saling bercanda dan bergurau
" Bro kamu kapan nikah?, wawan bertanya padaku dengan nada
sedikit serius
"Santai bro masih belum ada yang cocok" Aku
menjawabnya dengan eskpresi tersenyum
"Bro kalau nanti kamu menikah, jangan lupa aku di undang
ya", Dengan ekspresi tersenyum wawan mengucapkan kata-kata itu
" iya Bro aku tidak akan lupa, kalau kamu pasti aku
kasi duluan. Aku menjawabnya dengan ekspresi sambil tertawa
" Bro kamu tau siapa ini yang menikah? Wawan melontarkan
pertanyaan kepadaku. Jelas-Jelas aku tidak tau siapa yang menikah dia malah bertanya.
Aku langsung menjawabnya, " Aku tidak tau Bro".
" Yang menikah ini adalah pengusaha, Bos tadi bilang, yang
menikah ini adalah orang yang mempunyai cafe terkenal di pamekasan. Bapak yang
punya cafe itu menikahi pelayannya sendiri.
Aku langsung tercengang mendengar perkataan wawan barusan,
Pikiranku kembali kacau dan lumpuh, aku jadi teringat dengan wanita yang bekerja
cafe itu, saat rumahku di Pamekasan. Apa
mungkin wanita itu yang menikah saat ini? Entahlah !!!
Nampaknya acara sudah di mulai, Pembawa acara mulai
membacakan susunan acaranya. Satu persatu di bacakan dari pembukaan sampai
acara penutup. Aku mendapatkan acara yang ke 4 yaitu menyanyi mengiringi prosesi
kedua mempelai naik ke atas pelaminan. Pikiran ku tetap kacau saat ini, masih
teringat dengan wanita itu, wanita yang aku sebut embun pagi. Pembawa acara kini
sudah mengucapkan lantunan kata-kata cinta yang indah untuk kedua mempelai, aku
dan wawan bersiap-siap untuk mengiringi bernyanyi. Tibalah saatnya acara yang
ke empat, nampaknya kedua mempelai sudah terlihat gaun pengantinnya dari pintu
penerima tamu. Gaun pengantin yang di pakai berwarna putih, ya berwarna putih.
Wawan mulai memainkan nada keyboardnya dengan nuansa melow romantis. Hatiku
berdetak kencang seketika, entahlah tidak seperti biasanya aku seperti ini. Perasaanku
mulai tidak nyaman dan merasa aneh. Tapi aku tetap fokus untuk bernyanyi mengiringi
kedua mempelai yang akan naik ke atas pelaminan. Dengan rasa penasaran ingin
tau wajah dari mempelai wanita aku sambil bernyanyi. Saat itu aku menyanyikan dua
lagu bernuansa melow romantis, mengikutin iringin keyboard yang di mainkan oleh
wawan, suasana kini menjadi hening dan semua mata tertuju kepasa kedua mempelai
yang akan naik ke pelamninan. Lagu yang kubawakan saat itu lagunya Yovie &
Nuno yang berjudul Janci Suci dan lagu dari Ungu yang berjudul Tercipya untuku.
Lagu yang sangat cocok untuk mengiringi kedua mempelai naik ke pelamwanita Kedua
mempelai kini sudah berjalan dari tempat penerima tamu menuju ke kursi
pelaminan. Bagaikan dua insan yang berjalan di atas awan, sungguh anggun dan
rupawan, seperti raja dan ratu. Menggunakan gaun berwarna putih indah di pandang
mata. Fokus bernyanyi mataku tertuju pada mempelai wanita. Sangat cantik mempelai
wanitanya. Menggunakan mahkota berwarna putih dengan manik manik yang mengkilap
berwarna emas membuat tamu undangan tak mau berpaling dari pandangannya, begitupun
juga aku. Kedua mempelai sudah menginjak tangga pertama dari pelaminan, aku
tatap terus mempelai wanita itu karena aku penasaran ingin tau. Nampaknya aku
kenal dengan wajah ini, ya aku ingat sekali. Tapi apakah betul dia? Apakah
dunia sesempit ini? Atau prasangku saja yang salah. Aku sedikit mencoba untuk
mendekati kedua mempelai saat mereka ingin duduk di pelaminan sambil mengiringi.
Aku tatap wajah mempelai wanita tersebut, ternyata dugaanku benar wanita itu
adalah wanita yang biasa aku lihat di cafe itu. Oh tuhan apakah ini rencana hidup
yang engkau berikan pada hamba. Pada saat itu aku seolah-olah kaku. Jantungku
berdetak sangat kencang sekali. Tanganku gemetaran. Aku ingin memeluk wanita itu
di depan suaminya pada saat itu. Tapi aku masih sadar bahwa ini akan merusak
hari bahagianya, lagi pula iya tak mengenalku. Mencoba tegar dan tetap bernyanyi.
Keringat mataku menetes di pipi. Aku tak kuat meliahat seseorang yang aku suka
menikah di hadapanku sendiri. Tapi aku ini bodo dan konyol. Mengapa aku dahulu
tak berkenalan dengannya, sedangkan sekarang aku menyesal, mencintai seseorang
yang tidak aku kenal. Hal yang mustahil, tapi bagiku ini nyata. Entahlah!!
Pada hari itu juga hatiku sangat hancur, menyanyi di depan wanita
yang aku suka. Aku tau aku tak mengenalnya. Aku tau dia tak mengenalku. Apa aku
salah cinta padanya tanpa harus mengenalnya terlebih dahulu? Apakah cinta itu
harus saling mengenal satu sama lain? Atau aku saja yang terlalu berkhayal
tinggi?. Hati dan pikiranku kini sudah lumpuh, sungguh benar-benar lumpuh. Aku
seolah-olah bermimpi dan tak percaya. Ternyata tuhan mempertemukan aku di hari
bahagianya. Sesakit inikah cinta, tuhan?. Adaikan waktu bisa kuputar kembali.
Aku akan kembali kepada masa laluku saat pertama aku melihatnya di cafe otu.
Akan aku berkenalan dengannya. Mungkin aku yang akan duduk di kursi pelaminan
itu berduang dengannya. Sudahlah aku tak mau berceloteh lagi. Sampai saat ini
juga aku tak tau siapa nama wanita itu. Biarlah wanita itu menjadi cerita manis
dalam hidupku. Wanita itu ku sebut Embun Pagi.
Pada hari ini aku dapat pelajaran hidup bahwa cinta itu harus
di miliki. Karena kalau tidak di miliki akan sakit sakit hati pada akhirnya.
Cinta itu pandangan mata. Cinta itu tulus karena hati dan cinta haruslah di
perjuangkan. Cinta itu saling mengenal satu sama lain. Cinta itu anugrah
terindah dari tuhan. Karena cinta aku punya cerita.
No comments:
Post a Comment