Thursday 14 July 2016

Cerpen (Embun Pagi)

Embun Pagi
Penulis : Kuswanto Ferdian

Embun pagi menempel di jendela kamarku. Hari ini adalah hari minggu, hari untuk aku bekerja. Bergegas bangun dari tempat tidurku untuk segera mandi. Karena hari ini aku di undang dalam acara pernikahan untuk menyanyi. Seperti biasa, setelah aku bangun tidur, aku tak lupa membuka sedikit jendela kamarku. entahlah aku sangat suka membuka jendela kamar tidurku. Menatap ke atas langit mentari sudah mulai menyinari, tetapi embun pagi di jendela kamarku masih saja menempel. Aku sangat senang dengan embun, karena embun banyak meninggalkan cerita di hidupku. Aku jadi teringat dengan wanita itu. Wanita itu seperti embun pagi di hidupku. Masih teringat jelas dalam pikiranku wajah wanita itu. Oleh sebab itu aku sangat senang dengan embun. Setiap melihat embun, wajah wanita itu yang selalu teringat di pikiranku. Kala itu di cafe tempat ia bekerja waktu pagi hari aku melihat ia sedang mempersiapkan cafe milik bosnya. Ia sangat cantik, berambut lurus, mata seperti kucing, bibirnya yang manis serta wajahnya yang anggun membuatku terpesona. Aku sangat kagum dengan wanita itu. Ingin sekali aku mengenalinya. Setiap pagi aku selalu melihatnya saat aku sedang mengantarkan adik ku sekolah. Tapi sekarang aku tidak bisa melihatnya lagi karena aku sudah pindah rumah. Pada saat itu mungkin pertemuanku yang terakhir dengannya. Meskipun aku dan ia tak sempat berkenalan tetapi aku seoalah-olah memilikinya dalam hati. Aku selalu tersenyum kepadanya saat aku lewat di depan cafe tempat ia bekerja tapi entahlah aku sangat konyol sekali, tersenyum kepada wanita yang tidak aku kenal. Tapi aku sangat senang sekali meskipun ia tak mengenalku. karena aku bisa melihatnya setiap pagi di cafe itu. Wanita itu bagaikan embun pagi di hidupku, embun yang selalu terlihat di pagi hari dan menyejukkan hati. Ingin sekali rasanya aku berkenalan dengannya tetapi aku sadar aku ini siapa? Aku hanyalah anak dari tukang becak. Tetapi aku bangga dengan bapak ku, karena bapak, aku bisa menjadi dewasa seperti saat ini. Tidak mudah bukan untuk membesarkan anak dan merawatnya sampai dewasa. Aku bersyukur sekali masih mempunyai kedua orang tua dan masih bisa menikmati indahnya hidup. Seperti saat ini aku bisa menatap kecantikan wanita itu setiap pagi. Sangat indah bukan dunia ini?. Semakin hari aku semakin sangat kagum dengan wanita itu karena setiap pagi ia selalu terlihat kala aku sedang lewat depan cafe tempat ia bekerja. Setiap pagi kebiasaannya selalu mengelap meja, kaca, kursi. Dengan memegang lap kain di tangan dan semprotan pewangi ia bekerja dengan begitu rajin setiap hari. Ia sangat beda dengan wanita lain yang biasa sering aku lihat di jalanan tiap malam kala aku sedang mencari barang bekas. Wanita malam yang biasa aku lihat di jalanan mereka merokok, bergandengan tangan dengan pacarnya, pelukan, urak-urakan, sungguh begitu miris. Di depan umum mereka berbuat seperti itu. Aku hanya bisa mengelus dada pada saat itu. Pernah sekali aku di lempari botol bekas minumannya yang sudah habis saat aku lewat depan mereka waktu pacaran. Kala itu aku memegang karung, mencari barang bekas seperti botol aqua, kardus, dan kaleng. Wanita itu melemparkan botol minumannya tepat di depanku, sambil berkata : "Ini mas ambil" dengan ucapan nada sombong yang keluar dari mulut wanita itu aku membalasnya dengan nada lirih sambil tersenyum "Terimakasih mbak". Wanita itu berambut pirang lurus dan panjang. Beda dengan wanita yang di cafe itu. Ia begitu gemulai dan lembut pada saat bekerja. Waktu demi waktu berlalu, bulan demi bulan sudah terlewati, tahun demi tahun kini sudah berganti. Setiap pagi aku selalu melihatnya di cafe itu. Semakin lama rasa kagum ini berubah menjadi suka dengan wanita itu. Bagaimana bisa rasa kagum ini berubah menjadi suka, sedangkan aku tidak mengenali wanita itu dan wanita itu juga tidak mengenalku. Tetapi mengapa aku suka dengan wanita itu? Apakah ini yang disebut perasaan? Atau ini adalah cinta? Aku tak mengerti dengan semua ini. Aku merasa sangat bodoh, karena tidak berani berkenalan dengan wanita yang aku sukai. Jelas-jelas setiap pagi aku selalu melihatnya. Mengapa aku tidak berani berkenalan? Entahlah!!!. 1 bulan lagi aku akan pindah rumah. Dari Pamekasan akan pindah ke bogor. Karena orang tuaku terlibat banyak hutang untuk membiayai adik ku sekolah. Aku sangat sedih sekali karena akan pindah rumah ke bogor. Di bogor adalah rumah kakek dan nenekku. Pikiranku saat ini kacau, pikiranku lumpuh. Aku harus memikirkan orang tuaku dan juga memikirkan wanita itu. 1 bulan bukanlah waktu yang lama. Sekarang sudah tanggal 20. Kurang 10 hari lagi aku akan pindah ke bogor. Seperti biasanya pagi-pagi aku mengantarkan adik ku sekolah. Aku lewat di depan cafe itu. Ternyata aku tidak melihat wanita yang biasanya aku lihat setiap pagi di cafe itu. Aku tolah-toleh melihat cafe itu. Aku bertanya-tanya dalam hati. kemana wanita itu? Kenapa ia tidak ada? Apakah ia sudah berhenti bekerja? Atau ia sedang sakit? Aku kebingungan saat itu, seolah-olah aku kehilangan embun pagi. Kurang lebih setengah jam aku menunggunya keluar di depan cafe, nampaknya ia benar-benar tidak ada. Dengan hati gelisah dan risau akhirnya aku memutuskan untuk berangkat mengantarkan adik ku sekolah. Pikiranku tak tenang. Aku tak sadar ternyata Sepanjang perjalanan waktu aku mengantarkan adik ku. Laju sepeda onthel yang ku pacu sangat kencang sekali dan adik ku berteriak sambil menarik bajuku. "Hati-hati mas awas jatuh". Aku langsung tersentak berhenti begitu saja. Untung tidak jatuh. Adik ku bertanya, "Kenapa Kamu Mas?. Aku hanya tersenyum dan menjawabnya " Tidak apa-apa dik". Adik ku bertanya kembali dengan nada lirih, " Mas kepikiran dengan wanita di cafe itu ya". Aku langsung tercengang begitu saja mendengar perkataan yang keluar dari mulut adik ku. "Adik sok tau, mas tidak memikirkan apa-apa". Akhirnya aku melanjutkan mengantarkan adik ku " ayok naik takut terlambat". Di perjalanan menuju sekolah, adik ku berkata. "Aku tau mas rumah wanita yang bekerja di cafe itu". Aku langsung tercengang begitu saja mendengar perkataan adik ku. Tanpa rasa malu aku kembali bertanya.
 " Memangnya dimana dik?, Sok tau kamu dik".
" Rumahnya di belakang sekolahku mas, Aku sering melihatnya waktu ia pulang bekerja di sore hari. Ia sering di antarkan mobil jazz berwarna merah"
" kamu pasti salah lihat dik"
Pikiranku langsung kemana-mana. Apa betul yang di katakan oleh adik ku?. Kalau memang betul, berarti ia sudah punya kekasih atau ia sudah punya suami?. Entahlah!!! Aku begitu sangat terpukul saat aku mendengar perkataan adik ku barusan. Tapi aku masih penasaran apa betul yang di katakan adik ku. Rumah wanita itu tepat di belakang sekolah adik ku. Tak lama waktu berselang, aku sampai di depan pintu gerbang sekolah adik ku. Adik ku bergegas turun dari sepeda. Aku memandang wajah adik ku, raut wajah yang sedikit sedih matanya kini berlinangan air mata. Karena hari ini, hari terkahir adik ku sekolah. Aku terhanyut sedih, ingin aku menangis di depan adik ku tetapi aku berusaha untuk menahannya, agar adik ku tidak semakin sedih. Adik ku bersalaman kepadaku dan berucap, "Assalamualikum, aku masuk dulu mas"
"Waalikumsalam, Iya dik hati-hati jangan nakal-nakal"
Dengan membelokkan sepeda onthel, aku bergegas ingin pulang kerumah karena besok aku akan pindah rumah ke bogor, aku harus membantu ibuk dan bapak untuk mempersiapkan semua barang-barang yang akan di bawa untuk pindah rumah. Tetapi pikiranku tetap tertuju pada wanita itu. Pagi tadi aku tidak melihatnya di cafe itu. Sehari pun tak bertemu, sudah membuatku kepikiran seperti saat ini, padahal ia bukan siapa-siapaku. Hanya saja hati ini yang seolah-olah memilikinya. Pikiranku kembali tak karuan. Memacu sepeda onthelku dengan cepat. Terlintas di pikiranku kembali, teringat dengan ucapan adik ku tadi, " Rumahnya di belakang sekolahku mas, Aku sering melihatnya waktu ia pulang bekerja di sore hari. Ia sering di antarkan mobil jazz berwarna merah". Aku berceloteh dalam hati sambil menangis di jalan. "Wanita itu sudah punya kekasih", " Wanita itu sudah punya suami". Brengsek!!!! Aku bodoh!!!. Aku bisa terjerat dalam perasaan konyol ini. Keringat mata kini bercucuran di pipi. Aku sudah terlanjur sakit hati. Padahal esok pagi aku akan menghampirinya untuk berkenalan. Sebagai tanda pertemuan terakhirku dengannya, agar nama itu bisa aku kenang dalam hidupku. Setidaknya aku bisa berjabat tangan dengannya dan bisa mengungkapkan perasaan hatiku ini. Bahwa aku mengaguminya, aku suka padanya dan aku cinta. Pupus sudah harapanku berkenalan dengannya. Aku usap keringat mata yang bercucuran ini biarlah aku simpan menjadi cerita manis dalam hidupku. Ia adalah satu-satunya wanita yang membuatku jatuh cinta meskipun aku tak mengenalinya. Malam telah tiba, aku tak bisa tidur memikirkannya. Aku berceloteh dalam hati. Apakah aku sanggup setiap hari tanpa melihat wanita itu? Apakah aku bisa melupakan embun pagi yang selalu hadir di setiap pagiku? Entahlah!!!.
Tanggal 30 telah tiba, Adzan subuh selesai berkumandang. Aku mencari bolpoin di tas sekolah adikku dan menyobek satu kertas buku milik adik ku. Aku tulis sebuah surat untuk wanita itu. Isi suratnya adalah:
" Mentari pagi yang bersinar dari ufuk timur, embun pagi yang selalu muncul di setiap pagiku. Engkau begitu anggun, engkau begitu cantik, engkau begitu manis, engkau menyejukkan hatiku bila ku memandang wajahmu dari kejauhan. Meskipun aku tak mengenalmu, meskipun engkau juga tak mengenalku, tetapi hatiku memilikimu. Setiap pagi aku selalu memandangmu dari kejauhan. Aku sangat mengagumi, aku suka padamu, aku cinta tapi aku tak tau mengapa rasa ini tumbuh begitu saja tanpa aku mengenalmu. Sungguh aneh, tapi ini nyata dalam hidupku. Sesungguhnya aku ingin berkenalan denganmu, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini langsung kepadamu tetapi waktu yang tidak mengizinkan kita untuk bertemu, karena hari ini juga aku akan pergi ke bogor untuk pindah rumah. Bila tuhan mengizinkan kita untuk bertemu, kita pasti akan di pertemukan walau kita tak saling mengenal. Karena aku yakin tuhan memiliki rencana lain untukku. Semoga kita bisa bertemu dan berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. Selamat tinggal engkau wanitaku, engkau akan menjadi cerita dalam hidupku. Ku beri nama kau embun pagi. Salam perkenalan, Pengagum rahasiamu, Ferdian.
Aku terlalu berkhayal, itukkan cerita masa laluku waktu di Pamekasan, Sudah Berapa lama ya aku berdiri di dekat jendela in?
Kring-kring-kring Hp.ku berbunyi di meja kamarku. Ku lihat nama di layar Hp.ku, nampaknya bos yang menelfon. Aku langsung mengangkatnya.
"Assalamulaikum ada apa bos?
"Ferdian kau dimana? Ini sudah jam berapa? Acara pernikahannya sebentar lagi akan di mulai cepatlah kau kesini". Dengan nada membentak berlogat batak bosku menyuruhku untuk segera berangkat.
" ia bos aku berangkat sekarang". Tanpa mengucapkan salam, bosku sudah menutup telfonnya. Nampaknya bosku marah. Aku masih berdiri saja seperti orang linglung, masih bertanya-tanya dalam pikiranku, sudah berapa lama aku berdiri di depan jendela itu? Sudah berapa lama aku melamun? Sampai-sampai aku teringat dengan cerita masa laluku. Entahlah!!!
Aku bergegas menuju kamar mandi. Karena hari ini aku di undang untuk menyanyi di acara pernikahan. Ya seperti inilah nasib penyanyi sepertiku. Hanya menunggu panggilan saja kala ada yang membutuhkan. Kurang lebih 20 menit aku selesai mandi. Segera memakai pakaian kemeja dan menggunakan jas seperti penyanyi top indonesia. Semuanya sudah aku persiapkan. Rapi sekali aku hari ini. Menyalakan sepeda motor aku bergegas menuju tempat pernikahan itu di lakasanakan. Gedung Puri Begawan tempat pernikahaannya. Kurang lebih satu jam aku tiba di depan parkiran gedung puri begawan bogor. Gedung yang sangat luas dan megah. Pasti ini orang kaya yang menikah saat ini. Aku memarkir sepeda motorku dan merapikan baju yang mulai tak beraturan. Nampaknya tamu sudah mulai berdatangan. Aku segera menuju ke dalam gedung itu. Ternyata bosku sudah menuggu di tempat penyambutan tamu. Menarik lenganku kedalam gedung itu sambil berkata, "Kau kemana saja, ini tamu sudah banyak yang datang, biasanya kau sudah mulai menyanyi sekarang"
" Maaf bos barusan di jalan sedikit macet karena hari minggu bos"
"Ya sudah cepat kau naik atas panggung, Wawan sudah menunggumu"
Bergegas menuju atas panggung pernikahan, nampaknya wawan sudah selesai mensetting keyboardnya. Seperti biasa aku dan wawan sangat akrab sekali, saling menyapa dan bersalaman. "Bro ayo segera naik ke atas panggung". " Iya wan, maaf ya aku telat"
" iya bro santai saja"
Memainkan lagu pembuka seperti biasanya untuk para tamu undangan, wawan sudah menghidupkan keyboardnya.
"Wan, Seperti biasanya lagunya Afgan-Terimakasih Cinta"
"Ok bro siap"
Lagu pertama sudah aku nyanyikan, nampaknya penonton sangat tehibur dan menikmati lagu yang aku bawakan. Penonton sudah mulai berdatangan, kini kursi tamu dalam ruangan gedung puri begawan sudah penuh, kira kira sekitar 2000 orang lebih. Jumlah undangan yang sangat banyak. Pasti ini orang kaya yang menikah saat ini. Untuk kedua kalinya prasangkaku. Pembawa acara sudah menaiki panggung, aku penasaran dengan orang yang menikah saat ini. Karena pernikahnnya begitu mewah. Sungguh aku tidak tau nama orang yang menikah hari ini. Biasanya aku selalu bertanya kepada bos. Sudahlah bagiku itu tidak penting. Aku duduk bersebelahan dengan wawan. Kami saling bercanda dan bergurau
" Bro kamu kapan nikah?, wawan bertanya padaku dengan nada sedikit serius
"Santai bro masih belum ada yang cocok" Aku menjawabnya dengan eskpresi tersenyum
"Bro kalau nanti kamu menikah, jangan lupa aku di undang ya", Dengan ekspresi tersenyum wawan mengucapkan kata-kata itu
" iya Bro aku tidak akan lupa, kalau kamu pasti aku kasi duluan. Aku menjawabnya dengan ekspresi sambil tertawa
" Bro kamu tau siapa ini yang menikah? Wawan melontarkan pertanyaan kepadaku. Jelas-Jelas aku tidak tau siapa yang menikah dia malah bertanya. Aku langsung menjawabnya, " Aku tidak tau Bro".
" Yang menikah ini adalah pengusaha, Bos tadi bilang, yang menikah ini adalah orang yang mempunyai cafe terkenal di pamekasan. Bapak yang punya cafe itu menikahi pelayannya sendiri.
Aku langsung tercengang mendengar perkataan wawan barusan, Pikiranku kembali kacau dan lumpuh, aku jadi teringat dengan wanita yang bekerja  cafe itu, saat rumahku di Pamekasan. Apa mungkin wanita itu yang menikah saat ini? Entahlah !!!
Nampaknya acara sudah di mulai, Pembawa acara mulai membacakan susunan acaranya. Satu persatu di bacakan dari pembukaan sampai acara penutup. Aku mendapatkan acara yang ke 4 yaitu menyanyi mengiringi prosesi kedua mempelai naik ke atas pelaminan. Pikiran ku tetap kacau saat ini, masih teringat dengan wanita itu, wanita yang aku sebut embun pagi. Pembawa acara kini sudah mengucapkan lantunan kata-kata cinta yang indah untuk kedua mempelai, aku dan wawan bersiap-siap untuk mengiringi bernyanyi. Tibalah saatnya acara yang ke empat, nampaknya kedua mempelai sudah terlihat gaun pengantinnya dari pintu penerima tamu. Gaun pengantin yang di pakai berwarna putih, ya berwarna putih. Wawan mulai memainkan nada keyboardnya dengan nuansa melow romantis. Hatiku berdetak kencang seketika, entahlah tidak seperti biasanya aku seperti ini. Perasaanku mulai tidak nyaman dan merasa aneh. Tapi aku tetap fokus untuk bernyanyi mengiringi kedua mempelai yang akan naik ke atas pelaminan. Dengan rasa penasaran ingin tau wajah dari mempelai wanita aku sambil bernyanyi. Saat itu aku menyanyikan dua lagu bernuansa melow romantis, mengikutin iringin keyboard yang di mainkan oleh wawan, suasana kini menjadi hening dan semua mata tertuju kepasa kedua mempelai yang akan naik ke pelamninan. Lagu yang kubawakan saat itu lagunya Yovie & Nuno yang berjudul Janci Suci dan lagu dari Ungu yang berjudul Tercipya untuku. Lagu yang sangat cocok untuk mengiringi kedua mempelai naik ke pelamwanita Kedua mempelai kini sudah berjalan dari tempat penerima tamu menuju ke kursi pelaminan. Bagaikan dua insan yang berjalan di atas awan, sungguh anggun dan rupawan, seperti raja dan ratu. Menggunakan gaun berwarna putih indah di pandang mata. Fokus bernyanyi mataku tertuju pada mempelai wanita. Sangat cantik mempelai wanitanya. Menggunakan mahkota berwarna putih dengan manik manik yang mengkilap berwarna emas membuat tamu undangan tak mau berpaling dari pandangannya, begitupun juga aku. Kedua mempelai sudah menginjak tangga pertama dari pelaminan, aku tatap terus mempelai wanita itu karena aku penasaran ingin tau. Nampaknya aku kenal dengan wajah ini, ya aku ingat sekali. Tapi apakah betul dia? Apakah dunia sesempit ini? Atau prasangku saja yang salah. Aku sedikit mencoba untuk mendekati kedua mempelai saat mereka ingin duduk di pelaminan sambil mengiringi. Aku tatap wajah mempelai wanita tersebut, ternyata dugaanku benar wanita itu adalah wanita yang biasa aku lihat di cafe itu. Oh tuhan apakah ini rencana hidup yang engkau berikan pada hamba. Pada saat itu aku seolah-olah kaku. Jantungku berdetak sangat kencang sekali. Tanganku gemetaran. Aku ingin memeluk wanita itu di depan suaminya pada saat itu. Tapi aku masih sadar bahwa ini akan merusak hari bahagianya, lagi pula iya tak mengenalku. Mencoba tegar dan tetap bernyanyi. Keringat mataku menetes di pipi. Aku tak kuat meliahat seseorang yang aku suka menikah di hadapanku sendiri. Tapi aku ini bodo dan konyol. Mengapa aku dahulu tak berkenalan dengannya, sedangkan sekarang aku menyesal, mencintai seseorang yang tidak aku kenal. Hal yang mustahil, tapi bagiku ini nyata. Entahlah!!
Pada hari itu juga hatiku sangat hancur, menyanyi di depan wanita yang aku suka. Aku tau aku tak mengenalnya. Aku tau dia tak mengenalku. Apa aku salah cinta padanya tanpa harus mengenalnya terlebih dahulu? Apakah cinta itu harus saling mengenal satu sama lain? Atau aku saja yang terlalu berkhayal tinggi?. Hati dan pikiranku kini sudah lumpuh, sungguh benar-benar lumpuh. Aku seolah-olah bermimpi dan tak percaya. Ternyata tuhan mempertemukan aku di hari bahagianya. Sesakit inikah cinta, tuhan?. Adaikan waktu bisa kuputar kembali. Aku akan kembali kepada masa laluku saat pertama aku melihatnya di cafe otu. Akan aku berkenalan dengannya. Mungkin aku yang akan duduk di kursi pelaminan itu berduang dengannya. Sudahlah aku tak mau berceloteh lagi. Sampai saat ini juga aku tak tau siapa nama wanita itu. Biarlah wanita itu menjadi cerita manis dalam hidupku. Wanita itu ku sebut Embun Pagi.
Pada hari ini aku dapat pelajaran hidup bahwa cinta itu harus di miliki. Karena kalau tidak di miliki akan sakit sakit hati pada akhirnya. Cinta itu pandangan mata. Cinta itu tulus karena hati dan cinta haruslah di perjuangkan. Cinta itu saling mengenal satu sama lain. Cinta itu anugrah terindah dari tuhan. Karena cinta aku punya cerita.



No comments:

Post a Comment